ALLAMANDA BERSERAK
BAGIAN III
ALLAMANDA BERDATANGAN
Pikiranku meniti lagi kisah beberapa tahun
silam, ketika mas Panji masih jadi bagian hidupku. Bunga allamanda yang
dibelikan mas Panji memenuhi rumah orang tuaku, bunganya berwarna-warni. Ayah
membuatkan roof top dan gawangan untuk merambat batang allamandaku.
Ibuku pun sangat senang menikmatinya.
Allamanda terus tumbuh merambat dan berbunga dengan sempurna. Kami sekeluarga
menikmati teduh dan indahnya bunga allamanda yang menempel gawangan rooftop
melingkari kursi teras lantai atas rumah ayah. Bahkan sampai keadaan
menghancurkan hatiku karena pernikahan
yang tidak kuinginkan, allamanda tetap merekah.
Beberapa bulan setelah aku menikah, allamanda mulai rontok dan cabangnya
tak lagi sempurna. Aku tidak lagi duduk di teras ber rooftop itu, bahkan
untuk menengok pun aku malas.
Segalanya yang dulu indah tak lagi
sempurna, aku hanya bisa menyampaikan perasaan kosongku. Jodoh yang diberikan
ayah untukku aku terima. Benar ayahku bukan seorang diktaktor, tapi aku selalu
berusaha mematuhi apa yang diperintahkannya. Menurut pada orang tua itu yang
selalu kulakukan.
Kini ada yang mengirimi tanaman allamanda ke kantor. Kiriman itu datang setelah
perjumpaanku dengan mas Panji. Siapa yang melakukannya ? Security kantor
hanya mengatakan untuk ibu Prita. Apa mas Panji yang melakukannya bukan kah dia
tinggal di Surabaya ? Kalau benar mas Panji yang mengirimkan bagaimana caranya dan
apa maksudnya ?
Dua pot allamanda kecil sudah ada di
mobilku. Kubawa pulang dengan hati riang walau dalam hati penuh tanya. Aku akan
memulai menanam allamanda lagi. Hatiku mulai merekah dengan datangnya tanaman bunga
allamanda dua warna.
Sambil menyetir mobil aku bersenandung,
aku tersenyum sendiri. Rasaku seperti menyanyi di taman bunga allamanda.
Kenangan lama bersama orang terkasih hadir kembali, ini saatnya aku menikmati
dengan hatiku, walau berbeda dengan kenyataan hidupku.
“Beli bunga, bunda ?” pertanyaan mas
Rangga hanya kujawab dengan senyuman, sulit berbohong tapi mau berterusterang
pun tidak berani, walau sebenarnya aku tidak beli tanaman bunga itu, ada orang
yang mengirimkan tanaman allamanda untukku. Aku tidak niat berbohong, tidak
ingin juga banyak pertanyaan yang akan dilontarkan oleh mas Rangga kalau aku
berterus terang ada pengirim bunga misterius.
Kuambil pot allamanda warna kuning ada
label yang menggantung bertulisan Allamanda Carthatica. Kemudian yang
merah bertulisan Mandevilla. Allamanda kuning dulu pernah diberikan
padaku oleh mas Panji. allamanda yang tumbuh dan berkembang paling sempurna,
bunganya bermekaran, hatiku pun kala itu bermekaran seperti cintaku pada mas
Panji, aku selalu berharap mas Panji datang menjemput dan melamarku. Asaku
tersibak oleh keputusanku Sekarang aku
mencoba menyibakkan rasaku untuk mengenang mas Panji. Aku harus berjalan meniti
duniaku kini.
***
Esoknya kiriman tanaman bunga
allamanda datang lagi, kali ini berwarna
pink, putih dan jingga. Aku sudah tidak meneliti lagi itu allamanda jenis apa.
Aku menjadi takut, resah, khawatir, senang berkecamuk jadi satu dalam dadaku.
Kemarin dua pot, sekarang bertambah menjadi tiga pot. Siapa yang melakukannya ?
keresahanku semakin menjadi-jadi.
“Kok belinya sedikit-sedikit, bunda ?” mas
Rangga menyapa lagi. Aku kebingungan mau kujawab apa. Karena aku tidak membeli
sendiri. Berbohong tentu berdosa. Aku hanya menjawab dengan senyuman. Mas
Rangga tersenyum mengelus kepalaku. Kasih sayang ini yang selalu membuat aku
luluh dan ingin terus berbakti pada suamiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar