Sabtu, 21 Agustus 2021

ALLAMANDA BERSERAK (Cerbung) Bagian III

 

ALLAMANDA BERSERAK

 

BAGIAN III

ALLAMANDA BERDATANGAN

 

Pikiranku meniti lagi kisah beberapa tahun silam, ketika mas Panji masih jadi bagian hidupku. Bunga allamanda yang dibelikan mas Panji memenuhi rumah orang tuaku, bunganya berwarna-warni. Ayah membuatkan roof top dan gawangan untuk merambat batang allamandaku. Ibuku pun sangat senang menikmatinya.

Allamanda terus  tumbuh merambat  dan berbunga dengan sempurna. Kami sekeluarga menikmati teduh dan indahnya bunga allamanda yang menempel gawangan rooftop melingkari kursi teras lantai atas rumah ayah. Bahkan sampai keadaan menghancurkan  hatiku karena pernikahan yang tidak kuinginkan, allamanda tetap merekah.  Beberapa bulan setelah aku menikah, allamanda mulai rontok dan cabangnya tak lagi sempurna. Aku tidak lagi duduk di teras ber rooftop itu, bahkan untuk menengok pun aku malas.

 

Segalanya yang dulu indah tak lagi sempurna, aku hanya bisa menyampaikan perasaan kosongku. Jodoh yang diberikan ayah untukku aku terima. Benar ayahku bukan seorang diktaktor, tapi aku selalu berusaha mematuhi apa yang diperintahkannya. Menurut pada orang tua itu yang selalu kulakukan.

 

Kini ada yang mengirimi tanaman allamanda  ke kantor. Kiriman itu datang setelah perjumpaanku dengan mas Panji. Siapa yang melakukannya ? Security kantor hanya mengatakan untuk ibu Prita. Apa mas Panji yang melakukannya bukan kah dia tinggal di Surabaya ? Kalau benar mas Panji yang mengirimkan bagaimana caranya dan apa maksudnya ?

 

Dua pot allamanda kecil sudah ada di mobilku. Kubawa pulang dengan hati riang walau dalam hati penuh tanya. Aku akan memulai menanam allamanda lagi. Hatiku mulai merekah dengan datangnya tanaman bunga allamanda dua warna.

 

Sambil menyetir mobil aku bersenandung, aku tersenyum sendiri. Rasaku seperti menyanyi di taman bunga allamanda. Kenangan lama bersama orang terkasih hadir kembali, ini saatnya aku menikmati dengan hatiku, walau berbeda dengan kenyataan hidupku.

 

“Beli bunga, bunda ?” pertanyaan mas Rangga hanya kujawab dengan senyuman, sulit berbohong tapi mau berterusterang pun tidak berani, walau sebenarnya aku tidak beli tanaman bunga itu, ada orang yang mengirimkan tanaman allamanda untukku. Aku tidak niat berbohong, tidak ingin juga banyak pertanyaan yang akan dilontarkan oleh mas Rangga kalau aku berterus terang ada pengirim bunga misterius.

 

Kuambil pot allamanda warna kuning ada label yang menggantung bertulisan Allamanda Carthatica. Kemudian yang merah bertulisan Mandevilla. Allamanda kuning dulu pernah diberikan padaku oleh mas Panji. allamanda yang tumbuh dan berkembang paling sempurna, bunganya bermekaran, hatiku pun kala itu bermekaran seperti cintaku pada mas Panji, aku selalu berharap mas Panji datang menjemput dan melamarku. Asaku tersibak oleh keputusanku  Sekarang aku mencoba menyibakkan rasaku untuk mengenang mas Panji. Aku harus berjalan meniti duniaku kini.

 

***

 

Esoknya kiriman tanaman bunga allamanda  datang lagi, kali ini berwarna pink, putih dan jingga. Aku sudah tidak meneliti lagi itu allamanda jenis apa. Aku menjadi takut, resah, khawatir, senang berkecamuk jadi satu dalam dadaku. Kemarin dua pot, sekarang bertambah menjadi tiga pot. Siapa yang melakukannya ? keresahanku semakin menjadi-jadi.

 

“Kok belinya sedikit-sedikit, bunda ?” mas Rangga menyapa lagi. Aku kebingungan mau kujawab apa. Karena aku tidak membeli sendiri. Berbohong tentu berdosa. Aku hanya menjawab dengan senyuman. Mas Rangga tersenyum mengelus kepalaku. Kasih sayang ini yang selalu membuat aku luluh dan ingin terus berbakti pada suamiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar