ALLAMANDA
BERSERAK
BAGIAN VIII
MENGISI
WAKTU
Saat
terluka aku harus menikmati waktu, suatu saat yang melukai pun akan ada
waktunya tersendiri merasakan seperti apa yang kurasakan, bukan karena aku
dendam berharap tidak baik, setidaknya aku berharap hidayah itu akan ada untuk
orang yang sudah melukai hatiku. Ini sebuah keyakinan yang membuat aku sadar
bisa menerima semuanya. Menangis terlalu lama tidak membuat pikiranku bertambah
sehat.
Pikiran
yang tidak mampu meluruskan pandangan ke depan juga membuat hati menjadi perih.
Pilihan yang paling tepat adalah berdamai dengan keadaan, sibuk kembali
menekuni apa yang di hadapanku dan apa yang harus kukerjakan.
Mencoret-coret
kertas menjadi rutinitas iseng setiap malam. Ini bukan cara menghilangkan
pedih, ini kupilih sebagai suatu cara bagaimana aku menyikapi kehidupan yang
menjadi bagianku. Coretan kertas yang bergambar kepala berhijab kutarik ke
bawah, kuputar-putar pensil gambar sampai terbentuk lah sebuah gambar disain
baju muslim. Kembali kupandangi gambar yang kubuat. Kuberi warna dengan
spidol.. Oohoo.. Jadilah disain baju muslim. Dalam satu malam aku sudah membuat
3 disain.
Sampai
larut malam aku masih mempelajari berbagai macam jenis tekstil untuk pakaian.
Bahan dasar, tekstur dan Karakter bahan. Kupilih beberapa bahan dan kubeli di online shop, langsung kubayar.
Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Sepagi ini aku belum
tidur. Malam akhir pekan selalu membuat diriku bebas untuk tidur jam berapa pun
karena esok tak ada kegiatan. Kesenanganku pagi di akhir pekan adalah merawat
tanaman. Tinggal di apartemen aku tidak mungkin menanam seperti di rumah mas
Rangga.
Kembali
aku teringat rumah mas Rangga dan … ach Wanda, Tiba-tiba aku kangen Wanda,
kangen ayah, kangen ibu. Kusandarkan kepalaku di sofa, airmata mau tidak mau
harus mengalir lagi, entah sampai kapan aku terhukum seperti ini, tidak dapat menjumpai orang-orang yang
kucintai. Aku hanya mampu berdoa. Kukomat-kamitkan doa hingga mataku terpejam
hingga waktu subuh aku baru terbangun.
Seminggu
kutekuni kesenanganku mendisain, kubawa ke penjahit langganan beserta dengan bahan yang telah kubeli. Dua minggu
baju itu jadi, alhasil baju itu
kukenakan untuk ke Kantor. Kali ini aku mengenakan baju yang kudisain pertama
kali. Tunik berwana grey gelap yang kupadukan dengan kancing hias mengitari
bagian depan panggul dan leher berwarna silver, ternyata warna grey
gelap dipadukan dengan silver memberi kesan mewah. Warna yang kupadukan ini
jarang kutemui di Departement Store. Kupilih bahan polos katun halus
untuk warna gelapnya dan Satin grey muda untuk paduannya.
Teringat
pekerjaaanku yang sering menerima berita acara penerimaan barang di kantor garment
tempatku bekerja, tapi aku sama sekali tidak memperhatikan jenis tekstil
yang dikirim ke pabrik kini saatnya aku harus belajar mengenai tekstil, jenis
bahan, sifat dan tekstur serta materialnya.
*
Satu
disain jadi aku membuat disain lagi. Sudah ada lima kujahitkan pada penjahit
butik langgananku, kukenakan saat ke kantor. Tampil dengan busana rancangan
sendiri membuat aku percaya diri. Aku selalu yakin karya yang indah kadang
tercipta dari hati yang gundah.
ΩΩΩ
Malam
acara launching rancangan baru garment aku tampil dengan disain
terbaruku, baju Pesta Muslimah. Kali ini warna merah dan gold menjadi
pilihanku. Melenggang dengan pakaian pas di badan sangat nyaman,
penjahit langgananku walau pun tidak terlalu terkenal hasil jahitannya sangat
berkualitas, seperti disainer yang mengerti tentang bentuk tubuh manusia.
Bahagia
menyelinap saat nyonya-nyonya sosialitas isteri kolega pak Asikin melirik
penampilanku, apalagi pada acara itu aku didaulat mempromosikan produksi
terbaru garment. Panggung hiburan kukuasai dengan kata-kata indah
promosiku hasil produksi garment yang kian beraneka. Rasanya aku menjadi
bintang malam itu.
Dua
hari setelah penampilan yang membuat decak teman-teman kerjaku, pak bos
memanggilku di ruang kerjanya. Aku menghadap pak Asikin.
“Ibu
mendisain baju sendiri ?” tanya pak Asikin setelah aku duduk di hadapannya.
“Iya
pak, tapi hanya untuk konsumsi pribadi. “ pak Asikin tersenyum.
“Saya
melakukan itu hanya mengisi luang saja, pak. Maksud saya mendesain saya lakukan di luar jam kantor.“ kataku
menjelaskan aku takut pak Asikin menganggap aku melalaikan pekerjaanku di
kantor, jantungku berdegup keras, aku takut pak Asikin marah padaku.
“Bagus-bagus
hasil karyanya.” Puji pak Asikin. Oh.. aku bernafas lega. Ternyata aku tidak
dimarahi bahkan mendapat pujian.
“Terima
kasih atensinya, pak”
“Ada
disain yang sudah bu Prita buat ?”
“Sekitar
15 buah “
"Ada
foto-fotonya ?”
“Ada,
pak.” Kubuka foto-foto disainku di galeri ponsel.
“Kirim
ke nomor saya.” Pinta pak bos, aku langsung sending foto-foto karyaku.
Pak bos Asikin membuka dan mengamati satu persatu.
“Saya
suka yang pakaian pesta nih, bu. Ini memiliki nilai seni tinggi.” Kata pak bos.
Oh pantas baju pesta Muslimah yang kukenakan tempo hari banyak mendapat pujian
dari teman kantorku. Mungkin ini yang membuat pak bos memanggilku. Sebanyak 6
disain baju telah kubuat.
“Ibu
bisa membuatkan proposal karya ibu ?”
“Untuk
apa. Pak ?”
“Akan
saya tawarkan pada kolega saya “
“Apa
sudah layak untuk ditawarkan, pak ?“
“Kalau belum layak saya tidak akan minta, bu
Prita” kata pak Asikin sambil tersenyum. Senyum pak Asikin memunculkan bahagia
dan semangatku untuk mendisain lagi, setidaknya aku merasa tersanjung.
“Siap,
pak” jawabku bersemangat. Pak Asikin mengacungkan ibu jarinya.
*
Dalam
sakit dan gundah aku terus mendisain. Hasil disainku diperagakan pada acara
malam launching koleksi terbaru garment berikutnya. Ini sangat luar biasa
untukku. Walau hanya sebagai selingan acara itu aku sudah sangat bahagia. Pak
Asikin berani menyelipkan disainku karena aku mendisain untuk baju wanita,
sedangkan garmentku melaunching pakaian pria.
Aku
bahagia karena di antara tamu-tamu pengusaha garment ada yang membawa isterinya
yang notabene sosialita, bahkan ada isteri pengusaha terkemuka meminta
peragawati yang mengenakan hasil disainku untuk mendekat. Mengamati hasil
disainku sampai ke detail-ditailnya. Aku puas walau pun tabunganku menipis
terkuras untuk membiayai semua disainku.
Selesai
acara semua hasil disainku dibeli oleh isteri teman pak Asikin yang tinggal di
Malaysia. Rasaku sangat luar biasa, aku bahagia. Uang yang kupergunakan untuk
modal karyaku kembali, bahkan lebih. Aku mendapat keuntungan besar, apalagi
karyaku dinilai dengan mata uang US dollar. Perjanjiannya sangat sederhana, aku
tidak boleh lagi menjual hasil karyaku ke pihak mana pun. Wah mudah itu, besok
aku bisa mendisain lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar