Sabtu, 21 Agustus 2021

ALLAMANDA BERSERAK BAGIAN VIII

 

ALLAMANDA BERSERAK

 

BAGIAN VIII

MENGISI WAKTU

 

Saat terluka aku harus menikmati waktu, suatu saat yang melukai pun akan ada waktunya tersendiri merasakan seperti apa yang kurasakan, bukan karena aku dendam berharap tidak baik, setidaknya aku berharap hidayah itu akan ada untuk orang yang sudah melukai hatiku. Ini sebuah keyakinan yang membuat aku sadar bisa menerima semuanya. Menangis terlalu lama tidak membuat pikiranku bertambah sehat.

 

Pikiran yang tidak mampu meluruskan pandangan ke depan juga membuat hati menjadi perih. Pilihan yang paling tepat adalah berdamai dengan keadaan, sibuk kembali menekuni apa yang di hadapanku dan apa yang harus kukerjakan.

 

Mencoret-coret kertas menjadi rutinitas iseng setiap malam. Ini bukan cara menghilangkan pedih, ini kupilih sebagai suatu cara bagaimana aku menyikapi kehidupan yang menjadi bagianku. Coretan kertas yang bergambar kepala berhijab kutarik ke bawah, kuputar-putar pensil gambar sampai terbentuk lah sebuah gambar disain baju muslim. Kembali kupandangi gambar yang kubuat. Kuberi warna dengan spidol.. Oohoo.. Jadilah disain baju muslim. Dalam satu malam aku sudah membuat 3 disain.

 

Sampai larut malam aku masih mempelajari berbagai macam jenis tekstil untuk pakaian. Bahan dasar, tekstur dan Karakter bahan. Kupilih beberapa bahan dan  kubeli di online shop, langsung kubayar. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Sepagi ini aku belum tidur. Malam akhir pekan selalu membuat diriku bebas untuk tidur jam berapa pun karena esok tak ada kegiatan. Kesenanganku pagi di akhir pekan adalah merawat tanaman. Tinggal di apartemen aku tidak mungkin menanam seperti di rumah mas Rangga.

 

Kembali aku teringat rumah mas Rangga dan … ach Wanda, Tiba-tiba aku kangen Wanda, kangen ayah, kangen ibu. Kusandarkan kepalaku di sofa, airmata mau tidak mau harus mengalir lagi, entah sampai kapan aku terhukum seperti ini,  tidak dapat menjumpai orang-orang yang kucintai. Aku hanya mampu berdoa. Kukomat-kamitkan doa hingga mataku terpejam hingga waktu subuh aku baru terbangun.

 

Seminggu kutekuni kesenanganku mendisain, kubawa ke penjahit langganan beserta  dengan bahan yang telah kubeli. Dua minggu baju itu jadi,  alhasil baju itu kukenakan untuk ke Kantor. Kali ini aku mengenakan baju yang kudisain pertama kali. Tunik berwana grey gelap yang kupadukan dengan kancing hias mengitari bagian depan panggul dan leher berwarna silver, ternyata warna grey gelap dipadukan dengan silver memberi kesan mewah. Warna yang kupadukan ini jarang kutemui di Departement Store. Kupilih bahan polos katun halus untuk warna gelapnya dan Satin grey muda untuk paduannya.

 

Teringat pekerjaaanku yang sering menerima berita acara penerimaan barang di kantor garment tempatku bekerja, tapi aku sama sekali tidak memperhatikan jenis tekstil yang dikirim ke pabrik kini saatnya aku harus belajar mengenai tekstil, jenis bahan, sifat dan tekstur serta materialnya.

 

*

 

Satu disain jadi aku membuat disain lagi. Sudah ada lima kujahitkan pada penjahit butik langgananku, kukenakan saat ke kantor. Tampil dengan busana rancangan sendiri membuat aku percaya diri. Aku selalu yakin karya yang indah kadang tercipta dari hati yang gundah.

 

ΩΩΩ

 

Malam acara launching rancangan baru garment aku tampil dengan disain terbaruku, baju Pesta Muslimah. Kali ini warna merah dan gold menjadi pilihanku. Melenggang dengan pakaian pas di badan sangat nyaman, penjahit langgananku walau pun tidak terlalu terkenal hasil jahitannya sangat berkualitas, seperti disainer yang mengerti tentang bentuk tubuh manusia.

 

Bahagia menyelinap saat nyonya-nyonya sosialitas isteri kolega pak Asikin melirik penampilanku, apalagi pada acara itu aku didaulat mempromosikan produksi terbaru garment. Panggung hiburan kukuasai dengan kata-kata indah promosiku hasil produksi garment yang kian beraneka. Rasanya aku menjadi bintang malam itu.

 

 

Dua hari setelah penampilan yang membuat decak teman-teman kerjaku, pak bos memanggilku di ruang kerjanya. Aku menghadap pak Asikin.

“Ibu mendisain baju sendiri ?” tanya pak Asikin setelah aku duduk di hadapannya.

“Iya pak, tapi hanya untuk konsumsi pribadi. “ pak Asikin tersenyum.

“Saya melakukan itu hanya mengisi luang saja, pak. Maksud saya mendesain  saya lakukan di luar jam kantor.“ kataku menjelaskan aku takut pak Asikin menganggap aku melalaikan pekerjaanku di kantor, jantungku berdegup keras, aku takut pak Asikin marah padaku.

“Bagus-bagus hasil karyanya.” Puji pak Asikin. Oh.. aku bernafas lega. Ternyata aku tidak dimarahi bahkan mendapat pujian.

 

“Terima kasih atensinya, pak”

“Ada disain yang sudah bu Prita buat ?”

“Sekitar 15 buah “

"Ada foto-fotonya ?”

“Ada, pak.” Kubuka foto-foto disainku di galeri ponsel. 

“Kirim ke nomor saya.” Pinta pak bos, aku langsung sending foto-foto karyaku. Pak bos Asikin membuka dan mengamati satu persatu.

 

“Saya suka yang pakaian pesta nih, bu. Ini memiliki nilai seni tinggi.” Kata pak bos. Oh pantas baju pesta Muslimah yang kukenakan tempo hari banyak mendapat pujian dari teman kantorku. Mungkin ini yang membuat pak bos memanggilku. Sebanyak 6 disain baju  telah kubuat. 

 

“Ibu bisa membuatkan proposal karya ibu ?”

“Untuk apa. Pak ?”

“Akan saya tawarkan pada kolega saya “

“Apa sudah layak untuk ditawarkan, pak ?“

 “Kalau belum layak saya tidak akan minta, bu Prita” kata pak Asikin sambil tersenyum. Senyum pak Asikin memunculkan bahagia dan semangatku untuk mendisain lagi, setidaknya aku merasa tersanjung. 

“Siap, pak” jawabku bersemangat. Pak Asikin mengacungkan ibu jarinya.

 

*

 

Dalam sakit dan gundah aku terus mendisain. Hasil disainku diperagakan pada acara malam launching koleksi terbaru garment berikutnya. Ini sangat luar biasa untukku. Walau hanya sebagai selingan acara itu aku sudah sangat bahagia. Pak Asikin berani menyelipkan disainku karena aku mendisain untuk baju wanita, sedangkan garmentku melaunching pakaian pria.

 

Aku bahagia karena di antara tamu-tamu pengusaha garment ada yang membawa isterinya yang notabene sosialita, bahkan ada isteri pengusaha terkemuka meminta peragawati yang mengenakan hasil disainku untuk mendekat. Mengamati hasil disainku sampai ke detail-ditailnya. Aku puas walau pun tabunganku menipis terkuras untuk membiayai semua disainku.

 

 

Selesai acara semua hasil disainku dibeli oleh isteri teman pak Asikin yang tinggal di Malaysia. Rasaku sangat luar biasa, aku bahagia. Uang yang kupergunakan untuk modal karyaku kembali, bahkan lebih. Aku mendapat keuntungan besar, apalagi karyaku dinilai dengan mata uang US dollar. Perjanjiannya sangat sederhana, aku tidak boleh lagi menjual hasil karyaku ke pihak mana pun. Wah mudah itu, besok aku bisa mendisain lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar