ALLAMANDA BERSERAK
BAGIAN VIII
SAKITNYA TAUTAN RASA
Mas
Panji sakit, kabar itu kudapat dari pak Asikin. Walau menyampaikannya biasa
saja, hatiku tergelitik. Sakit apakah mas Panji ? orang sekuat mas Panji bisa
juga sakit. Pak Asikin sendiri tidak menjelaskan mas Panji sakit apa ? aku
ingin sekali menjenguknya, menyentuhkan hatiku untuk mas Panji. Semua berbatas,
tirai tebal menutupi niatku. Aku tidak mungkin menemuinya, ada yang harus kupertimbangkan.
Walau pun pak Asikin mengatakan kalau mas Panji menanyakan aku.
Dalam
doaku airmata mengucur, aku ingin mas Panji segera sembuh. Sehat dan
beraktivitas lagi. Walau aku tidak tahu sakit apa mas Panji sebenarnya.
∞
"Bezuk
lah, Prita.. " Esty membujukku. Aku menggeleng lemah.
"Rasanya
tidak mungkin. Terlalu jika ini kulakukan"
"Kamu
datang dengan niat baik. Insya Allah semua akan baik-baik saja."
“Ga
mungkin, aku sudah difitnah mas Ranggga berselingkuh dengan mas Panji. Lalu
bagaimana jika aku menjenguk dan mendekati mas Panji, tuduhan mas Rangga akan
menjadi benar”
“Sejauh
itu pikiranmu?”
“Itu
pasti, sementara ini aku menjauhi hal-hal yang membuat fitnah mas Rangga itu
benar. Aku takut. Mas Panji sakit, aku pun sakit, Esty” kataku pada Esty
kutunjuk dadaku dengan tanganku. Esty terperangah.
“Mas
Rangga sudah menuduh aku berbuat zina dengan mas Panji karena aku bertemu
dengan mas Panji waktu diklat di Bali, itu perbuatan yang sama sekali tidak
pernah kulakukan, berniat pun aku tidak. Bahkan bunga allamanda yang kamu
belikan dihancurkan semua oleh mas Rangga. Aku sakit, Esty..aku sakit.“ Esty
terdiam mendengar penuturanku.
“Aku
dituduh selingkuh dengan mas Panji, lalu aku sekarang bezuk mas Panji, kalau
mas Rangga tahu itu hidupku akan semakin hancur. ” Esty seakan tak percaya akan
kalimatku.
“Kamu hanya bertemu sebentar kan sama Panji ?“
“Iya,
tapi mas Rangga menuduhku berzina. Yang lebih menyakitkan lagi, Mas Rangga
melaporkan pada ayahku sampai ayah marah dan melarangku datang menemuinya
lagi. Hidupku pedih sekali”
“Ya
Allah.. segitu teganya Rangga sama kamu. Kamu ga pernah cerita sampai sejauh
itu ?”
“Itu
kenyataan yang kuhadapi.”
“Ya
Allah.. Sabar Prita..”
“Mas
Rangga datang ke rumah membawa perempuan lain yang diperkenalkan pada anakku. “
“Beneran?
“ Tanya Esty seperti tidak percaya, aku mengangguk.
“Keterlaluan
sekali Rangga.” Umpat Esty, aku hanya mengangkat bahu.
“Kamu
gak tanya sudah berapa lama perempuan yang dibawa Rangga kenal dan dekat dengan
Rangga.”
“Aku
ga sempat bertanya sampai situ, mas Rangga sudah sangat menginjak harga
diriku.” Esty mengelus-elus punggungku, aku tak tahan lagi menahan tangisku.
Kusandarkan kepalaku pada tubuh Esty yang berdiri di sampingku. Tercurah sudah
masalahku pada Esty. Selama ini aku menyimpannya dan tidak ingin bicara pada
siapa pun. Tuhan selalu mengirim orang yang kubutuhkan untuk curahan hatiku,
“Oh
sayang sekali, Prita, mestinya kamu nanya dulu, jangan-jangan suamimu itu jadi
galak dan mencari kesalahanmu karena sudah dekat dengan perempuan itu sebelum
kejadian pertemuanmu dengan Panji.” Kata Esty. Sampai sejauh itu pemikiran Esty.
Esty memang cerdas, pengalaman telah mendidik menjadi pandai menyikapi hal-hal
seperti, suaminya berselingkuh, Esty mengusir suaminya dari rumahnya.
“Nanti
tanya yah”
“Ga
mungkinlah aku sudah ga mungkin masuk ke rumah mas Rangga lagi.”
“Haah… yang bener? Ko kamu baru cerita sekarang.”
“Baru
sempat sekarang, kemarin aku sibuk menata hatiku. Aku sekarang tinggal di
apartemen, sewa.” Esty makin terbelalak.
“Sekejam
itu, Rangga, padahal dia itu kelihatannya baik banget dan sayang sama kamu. ”
“Aku
ga tahu, setan telah membujuk mas Rangga bersikap kasar padaku. “ Esty
menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda heran.
“Surat
cerai dari pengadilan agama sudah sampai padaku, hak asuh Wanda di tangan mas
Rangga karena aku dianggap bersalah atas tuduhan selingkuh.” Aku mulai terisak
teringat Wanda.
Perpisahan
dengan anakku yang membuat hidup terasa sangat hancur. Esty memelukku
erat-erat. Setelah tangisku reda Esty melepas pelukannya dari tubuhku, ditariknya kursi dan mengambil
tempat duduk di samping. Aku bersyukur café tempat aku nongkrong sama Esty
sedang sepi. Jadi aku dan Esty bebeas berbicara apa saja.
“Aku
akan mencari tahu penyebab Rangga seperti itu.”
“Untuk
apa ?”
“Untuk
tahu saja. “
“Ga
ada manfaatnya.”
“Suatu
saat pasti bermanfaat. Kamu butuh cara untuk membuktikan siapa Rangga
sebenarnya.”
“Tapi
aku tidak ingin Kembali lagi pada mas Rangga. Tidak.” Aku menggeleng-gelengkan
kepalaku. Aku sudah sangat trauma dengan perlakuan mas Rangga padaku.
“Nasib
sepertimu sudah kualami lebih dulu. Aku ditinggal suamiku tanpa kutahu
kesalahanku. Aku mencoba untuk sabar dan kuat dan aku sekarang telah
mendapatkan gantinya. Suamiku sekarang sangat baik dan dia sangat mencintaiku.
”
“Iya
Esty, aku kagum padamu. Kamu boleh saja mencari tahu, kuharap hanya sekedar
tahu, bukan untuk mengembalikan aku pada kehidupan mas Rangga. Aku gak mau
lagi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar