Sabtu, 21 Agustus 2021

ALLAMANDA BERSERAK BAGIAN IV

 

ALLAMANDA BERSERAK

 

BAGIAN IV

SAHABAT LEKAT

 

Kuceritakan  pada sahabatku Esty tentang kiriman bunga allamanda dalam dua hari berturut-turut tanpa aku ketahui pengirimnya. Juga keresahanku saat mas Rangga menanyakan beli bunga sedikit-sedikit yang membuat aku takut berterus terang. Aku tidak  bilang ke mas Rangga kalau aku yang membeli bunga-bunga itu, tapi mau bilang kalau ada yang mengirimiku pun aku tidak berani, Kebingungan ini yang membuat aku harus  curhat pada sahabatku. Esty pasti tahu kalau aku selalu jujur dalam setiap hal. Aku belum pernah merasa resah seperti saat ini.

 

“Kenapa kamu gak terus terang aja sama Rangga kalau ada orang misterius  mengirimi kamu bunga?”

“Yah gak mungkin lah aku bilang begitu sama mas Rangga yang jelas dia akan curiga dan banyak bertanya. “

“Bukan kah  suamimu itu orangnya cool-cool  aja. “

“Iya bener begitu tapi kalau tiba-tiba dia jadi banyak tanya kan aku bisa mati kutu. Mas Rangga pasti akan bilang selidiki lah masa bunda diam-diam saja“ pertanyaan itu yang kuperkirakan akan datang dari mas Rangga.”

“Ah masa sih ?”

“Pasti begitu.” Kataku kecut. Esty kuminta pendapat malah membuat aku semakin bingung. Lama kami terdiam. Aku dengan hati resahku, Esty? Entah apa yang dipikirkan. Bibirnya mengulum senyum yang membuat aku kesal. Senyum itu seperti mengejek kegalauanku, kali ini aku berpikir negative betapa keterlaluannya Esty menggodaku. Orang bingung malah disenyum-senyumin.

 

“Ko kamu senyum-senyum gitu ?”

“Ga boleh ?” tanyanya masih dengan senyuman yang membuatku semakin sebal.

“Boleh sih. Tapi kali ini bikin aku sebel lihat senyumanmu, tau ga?” Esty mengembangkan senyumnya menjadi tawa. Manusia aneh, pikirku.

 

“Aku ingin jujur seperti kamu yang selalu jujur.”

“Maksud kamu ?”

“Aku yang mengirim allamanda itu.”

“Haaahhhh… “ aku ingin mencubit lengannya tapi dia menangkis tanganku. Aku memasang wajah cemberut.

“Jangan marah dong !!” Esty mencoba membujukku.

“Aku kesel sama kamu.”

“Maksudku bukan bikin kamu kesel. Tapi bikin kamu bahagia”

“Terus ? bikin aku biar selalu ingat sama mas Panji gitu?” Esty menggeleng pasti.

“Atau kamu ini sengaja yah biar aku ditanya-tanyai sama mas Rangga.”

“Ya nggak lah, Prita. Murni itu tanda sayang aku sama kamu.”

“Terus aku harus bagaimana, mana aku belum bilang sama mas Rangga kalau tanaman itu kiriman orang.”

“Yaudah santai aja lah ga usah dibahas lagi. Aku udah jujur sama kamu kalau aku yang mengirimi kamu tanaman allamanda itu. Sekarang kamu mau ga jujur padaku kalau kutanya ?”

“Apa?” tak sabar rasanya melihat ekspresi Esty yang seperti serius akan menanyakan sesuatu.

“Kamu ketemu Panji di Bali ?”

“Iya..” jawabku singkat. Esty tersenyum tanpa kutahu maknanya. 

“Kamu ko tanya kayak gitu, emang kamu tahu dari mana kalau di acara diklat  itu ada mas Panji.?”

“Ya aku tahu lah, kan kamu bilang diklat itu yang mengadakan cabang BUMN ternama di Jawa Timur”

“Terus… ?”

“Ya aku tahu lah pasti ada Panji..”

“Kamu …..? “

“Hmmm..”

“Ko ekspresimu sama dengan bos aku. Maksud kamu apa sih ? Aku udah jujur loh.” Esty tersenyum lagi sambil memutar-mutar bibir mungilnya. Bibir mungil itu lah salah satu bagian dari daya tarik Esty sehingga tampak manis dan menggemaskan.

 

“Ga Esty kamu jangan main-main menggoda aku seperti itu, aku takut ini jadi kesalahan terbesar dalam hidupku.” Kataku, pertanyaan Esty mengusik hati. Dari mana Esty tahu kalau aku bertemu dengan mas Panji.

“Ga lah, aku yakin kamu tetap jadi isteri setia buat Rangga.”

“Iya… tapi..”

“Kenapa?”

“Aku takut… “

“Ga usah takut lagi, kayak bocah kecil”

“Estiiiii…. “

Esty tergelak dan kemudian tawanya berderai mengurai bahagia dan kepuasan telah mengerjaiku. Aku harus jujur pada suamiku kalau bunga allamanda itu Esty yang mengirim untukku.

“Aku harus bilang sama mas Rangga kalau kamu yang ngerjai aku “

“Ga usah lah. Santai aja… “

“Tapi..”

“Ga usah nanti malah banyak pertanyaan suamimu bikin kamu repot “ kata Esty santai. Benar juga pendapat Esty, kalau aku terus terang Esty yang mengirim pun akan bermunculan pertanyaan-pertanyaan lain dari mas Rangga. Aku merenung.

 

“Sudahlah belum tentu juga Rangga jujur sama kamu.. dah minum tuh minumanmu. “ Esty mendorong gelas isi Greentea late di depanku. Aku menyeruput minumanku.

“Maksud kamu apa ?” setelah menyeruput minumanku.

“Yang mana ?”

“Tadi kamu bilang belum tentu mas Rangga jujur sama aku?”

“Oh,, gak.. aku Cuma canda usah diambil hati”

“Ga sih, Cuma kepikiran aja,,” aku meneliti wajah Esty ada  sesuatu yang tersembunyi dari wajahnya. Aku pun percaya kalau kata-kata Esty hanya iseng saja.  Tapi wajah resahku tak dapat kusembunyikan.

“Ga ada apa-apa. Udah lah kamu jangan jadi sensi gitu.”

“Atau kamu sekarang sudah sangat cinta sama Rangga ?”

“Cinta atau tidak, dia ayah anakku.”

Good, angkat dua ibu jari untuk prinsipmu..”

“Kamu ini ah..” aku mencubit lengannya kan kami berdua tertawa. Bahagianya aku memiliki sahabat seperti Esty.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar