Kalau boleh berkata jujur maka aku akan tambatkan satu kata "penyesalan". Kata yang terangkai dalam jiwa letihku, merajam hati terperi. Meninggalkan kekasih yang sangat kucintai demi menikmati sebuah hati yang tidak bisa kumengerti. Sementara hatiku sendiri dibawa pergi oleh harapanku. Waktu tidak menjawab pengorbanan dengan balasan kebaikan, yang kunikmati adalah kepedihan. Waktu aku menyampaikan kata "maaf" pada kekasihku, ia tidak marah, tidak emosi, menerima segenap keputusanku dengan lapang.
"Apa pun yang kau tentukan asal kau bahagia aku rela". Aku merasa bersalah, kutepis semua rasa bersalah setiap saat dengan harapan aku bisa memperoleh kenyamanan.
Bagiku, apa yang tertulis dalam kehidupan adalah kehendakNya... Semoga keikhlasan menjadi pertanda akan datangnya bahagia..
Sabtu, 19 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
BAGIAN XIV IBUKU Mungkin ini jawaban doaku kalau akhirnya ibu datang ke apartemenku dengan tangis mengharu biru. Memelukku...
-
BAGIAN XIX MENGISI CATWALK LAGI Selanjutnya goresan-goresan tangan menari-nari di atas kertas disainku. Aku ingin melupakan pak Ar...
-
BAGIAN XVII PERWIRA HATI Ada sebuah alasan untuk berkenalan dengan dua orang polisi. Perkenalan yang dimulai saat aku kehilangan m...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar