Ayah...
Entah ini sudah berapa purnama aku kehilangan waktu untuk mengenangku..
Bukan karena aku tak mampu...
Bukan karena aku tak sanggup..
Bukan pula karena ku sudah lupa padamu....
Aku ingin mengubah derap nadiku...
Jika kemarin meratap...
Kini aku ingin berdoa..
Jika kemarin air mata ini berderai..
Aku ingin menguranginya...
Sekali pun aku mencoba untuk merubah semua cara kehidupanku
aku tetap aku,.
Bersenandung untuk mengulas kebahagiaan yang masih tersisa di nadiku
Kebahagiaan yang tertanam dalam derap nadi bersama rasa syukurku..
rasa syukur yang tiada henti pernah diberi Tuhan , ayah sepertimu..
Belum kutemukan sepenuhnya sosok yang melindungiku sepertimu.
Menjaga harga diriku dengan segenap pengorbananmu..
lelaki yang tidak suka berteriak apalagi mengembosi hatiku dengan nada suara tinggi
Ayah yang menitipkanku pada Tuhan untuk menjagaku setelah ketiadaannya di alam fana..
Senandung berbagai rasa yang kudendangkan dengan hati untuk memohon ketenanganmu
di Sisi Sang Khalik...
Langganan:
Komentar (Atom)
-
BAGIAN XIV IBUKU Mungkin ini jawaban doaku kalau akhirnya ibu datang ke apartemenku dengan tangis mengharu biru. Memelukku...
-
BAGIAN XIX MENGISI CATWALK LAGI Selanjutnya goresan-goresan tangan menari-nari di atas kertas disainku. Aku ingin melupakan pak Ar...
-
BAGIAN XVII PERWIRA HATI Ada sebuah alasan untuk berkenalan dengan dua orang polisi. Perkenalan yang dimulai saat aku kehilangan m...