Antagonis
adalah karakter atau sekelompok karakter, atau, kadang-kadang merupakan
institusi suatu kejadian yang mewakili oposisi menentang argumen-argumen pihak
protagonis (dalam arti lain, antagonis adalah karakter hitam). Dalam gaya
klasik sebuah cerita di mana aksinya terdiri dari seorang wira melawan seorang
penjahat, kedua-dua mereka bisa diperhitungkan masing-masing sebagai protagonis
dan antagonis. Antagonis biasanya jahat dan tidak baik serta sering menjadi pembuat
onar (ulah).
Berlawanan dengan kepercayaan masyarakat, para antagonis tidak selalu bersifat jahat, tetapi hanya melawan si karakter utama. Antagonis ini merupakan ancaman besar atau hambatan bagi karakter utama dengan keberadaan mereka, tanpa harus sengaja mentargetkan dia.
Berlawanan dengan kepercayaan masyarakat, para antagonis tidak selalu bersifat jahat, tetapi hanya melawan si karakter utama. Antagonis ini merupakan ancaman besar atau hambatan bagi karakter utama dengan keberadaan mereka, tanpa harus sengaja mentargetkan dia.
Melihat definisi
antagonis di atas, maka secara umum kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa antagonism politik merupakan suatu sikap yang
menentang atau bertolak belakang dengan kekuasaan politik, dalam hal ini pemerintah.
Faktor penyebab antagonisme politik
Menurut Maurice Duverger, antagonisme politik lahir dari berbagai sebab
yang digolongkan ke dalam dua kategori, yakni bergerak pada tingkat individual
, seperti kecerdasan pribadi dan faktor psikologis dan pada tingkat kolektif,
seperti faktor-faktor rasial, perbedaan dalam kelas-kelas sosial dan faktor
sosiokultural. Setiap kategori sesuai dengan sebuah bentuk perjuangan politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar