Perjalanan panjang menuju kediaman sang guru jika dirasakan sungguh melelahkan, niat dan kekuatan keinginan tidak pernah menyurutkan langkah.. sungguhpun kadang aku harus berjalan tertatih karena jalanan tidak rata..kadang kakiku sakit, Tapi semua tidak menyurutkan hasrat dan keinginan untuk sampai ke tujuan.
Ayahku selalu mengajariku meringankan langkah kemana saja tempat tujuan sehingga yang berat terasa ringan..
Ketika sampai di kediaman sang guru yang kusebut ayah angkatku, aku disambut dengan senyum. Senyum itu yg menumbuhkan bahagia dan kelegaan.. lalu aku duduk bersimpuh pada tikar, SANG guru tak membiarkanku aku duduk di kursi rotan jaman dulu..
" hari ini banyak waktu ?" tanyanya, mungkin tahu kebiasaanku selalu bicara tak ada waktu.. aku mengangguk.. Dialog dimulai.. Dan yang paling meluaskan pandanganku adalah dialog hati. ketika sampai pada titik temu aku hampir menangis.. aku tidak merasa sendiri.. aku menjadi berani,, aku mengangkat kesadaran yang telah hampir punah karena waktuku hanya terpatri pada kecewaku..
to be continous...
Selasa, 25 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
BAGIAN XIV IBUKU Mungkin ini jawaban doaku kalau akhirnya ibu datang ke apartemenku dengan tangis mengharu biru. Memelukku...
-
BAGIAN XIX MENGISI CATWALK LAGI Selanjutnya goresan-goresan tangan menari-nari di atas kertas disainku. Aku ingin melupakan pak Ar...
-
BAGIAN XVII PERWIRA HATI Ada sebuah alasan untuk berkenalan dengan dua orang polisi. Perkenalan yang dimulai saat aku kehilangan m...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar